Senin, 06 April 2009

Sakit Hati Masa Lalu Vol. IV : Penutup

Hhh..
Ada sedikit kelegaan berbagi hal ini di blog tercinta.
Harafiah loh, "Hhh.." nya, gw menghembuskan beneran nafas gw barusan.. ^ ^

Semoga rasa sakit ini membantu gw semakin rajin belajar, rajin bergaul dengan orang yang tepat, membuka pikiran, dewasa, bertindak hati-hati ke sesama, dan semakin mampu menjadi orang pemaaf, ikhlas, dan penuh syukur. AMIN. Maruk amat gw! Hehehe.
Ah, jadi pengen posting kisah "Cangkir Cantik" yang sampai saat ini menyemangati gw saat menemui kesakitan dalam hidup.

Entah kenapa gw itu tipe orang yang agak tertutup dan suka nyimpen masalah untuk sendiri. Bahkan kisah Gulf Air dan paspor ini pertama gw ceritakan ke teman-teman, 5 tahunan setelah kejadian, which means 2009 ini baru gw ungkap. Gw agak lega melihat ekspresi mereka dan dukungan moral dari mereka. U're the best, guys & gals..!

Alan, Alfie, Aries, Credo, Jukie, Lilis, Vina..u're the best TEAM I've ever know & had, 'till now..hehehe..
b( ^ ^ )d
.

Sakit Hati Masa Lalu Vol. III : Paspor

Saat itu, gw yang selain panitia ICT 2004 juga penyanyi dan penari di tim ICT 2004 harus mengikuti latihan menari di GKU Timur. Waktu itu gw membawa kantung plastik putih berisi kumpulan paspor rombongan yang udah lengkap dari panggung sekre dan gw taro bersama tas gw di kursi besi deket ATM BNI GKU Timur ITB. Rencananya gw akan membawanya pulang setelah selesai latihan menari itu supaya amanlah paspor-paspor itu. Sekali itu gw ngerasa sekre PSM-ITB tidak aman untuk benda seperti paspor, apalagi paspor rombongan yang sudah lengkap.

Lalu, saat gw selese latihan menari, kumpulan paspor itu sudah gak ada di sebelah tas gw! Gw bingung dan tanya ke semua panitia apakah ada yang ngambil. Gak ada jawaban menggembirakan. Sampai akhirnya malam larut dan gw akhirnya nyerah karena gak ketemu dan memutuskan pulang. Besok besoknya gw gak tenang terus dan masih melacak dimana kira2 barang itu. Masa paspor ada yang nyuri. What 4? Apalagi tidak semua orang tahu kantong plastik itu berisi paspor! Dijual laku gitu?

Sampai suatu hari [gw lupa setelah berapa hari] gw diajak bicara 4 mata dengan ketua panitia ICT 2004. Dia bilang paspornya udah di safety box nya alumni PSM-ITB berinisial "R". Kemarin itu yang ngambil-ga-bilang-bilang kantung plastik berisi kumpulan paspor itu adalah dia, atas ide "R". "R" beranggapan gw lalai dan perlu diberi pelajaran dengan cara seperti itu supaya lebih sadar betapa mulianya paspor itu. Sepertinya dengan hukuman itu, kata "mulia" lebih tepat menggantikan penggunaan kata "berharga". Sang ketua panitia juga beranggapan gw lalai dengan meletakkan paspor itu di kantung plastik, lalu disimpan di atas panggung sekre PSM-ITB, yang berlanjut gw bawa dan taroh di deket tas gw di kursi besi deket ATM BNI GKU Timur ITB.

Gw dengan kepribadian-meledak-ledak waktu itu tentu selain lega menjadi marah ke ketua panita tersebut. DAMN! Teganya membuat gw gak tenang berhari-hari! Gw yang sudah satu tim dengan dia selama beberapa waktu di PSM-ITB dan ICT 2004! Seharusnya sudah cukup tahu seperti apa kepribadian, kekurangan, dan kelebihan kita masing-masing dan paham bagaimana bersikap menghargai dan membantu satu sama lain. Gw bilang saat kemarahan gw agak mereda bahwa saat gw membawa kantung plastik berisi paspor itu ke latihan tari karena gw bermaksud memindahkan kantung plastik berisi paspor itu dari sekre ke kamar kos gw karena gw ngerasa lebih tenang dengan adanya barang itu di deket gw. Sekilas lalu dari raut wajah yang gw pelototi, gw ngerasa ketua panitia ada sedikit menyesal mendengar penjelasan gw, tapi tentu gengsi mengalahkan segalanya bukan? Huhuhu..

Gw gak pernah bisa dengan tulus menerima pelajaran itu, sampai sekarang! Gw yang sekarang hanya lebih sedikit paham kenapa di mata mereka gw dianggap begitu bersalah sekali dan dianggap tidak peduli dengan paspor rombongan karena meletakkan kumpulan paspor di panggung sekre dan di deket tas gw di kursi besi deket ATM BNI GKU Timur ITB.

Tapi sampai sekarang juga, gw memandang hukuman itu qo sepertinya agak berlebihan ya? Pembelaan gw adalah, selain misi gw yang hendak membawa kantung itu ke kos gw, saat itu yang ada di otak gw bukan cuma paspor, wahai kalian manusia yang merasa bijak! Tiket, pesawat rombongan, visa rombongan, latihan nyanyi dan nari, persiapan FPS ITB 2004, dan KULIAH! Otak, ingatan, dan fokus lagi panas2nya. Mungkin ada orang-orang tertentu yang keren sampai punya energi untuk memikirkan suatu hukuman dibanding bicara baik-baik. Tapi gw gak sekeren itu dan pasti ada yang terlewatlah dengan semua beban pikiran itu.
Gw si ngerasa gw masih layak qo diperlakukan dengan lebih baik seperti diingingetin langsung dengan bilang "Bien itu paspor barang penting, amankan dulu gih di tempat yang lebih aman. Masa lu taro di panggung sekre dan kursi besi GKU Timur. Gile lo!"
Better that way, I guess!

Gw merasa bisa menuntut mereka berdua bersikap lebih dewasa. Ataukah mungkin bagi seseorang/dua orang, membuat hidup seseorang tidak tenang selama beberapa hari sebagai hukuman-atas-sesuatu menimbulkan rasa lega dan kesenangan kah? I dunno. Apakah kesalahan gw waktu itu bisa disetarakan dengan hal yang emang perlu dihukum/dihakimi seperti :
- sengaja memasang lambang ITB yang Ganesha itu menjadi terbalik/telanjang di panggung seminar bertaraf internasional, atau
- memasang foto rektor dengan gigi dihitamkan di seluruh Bandung dengan tulisan "Wanted".
Hahaha, lebai..
Intinya gw bertanya sampai sekarang :
- apakah kesalahan gw perlu penghukuman seperti itu? atau..
- waktu itu gw dianggap terlalu bebal dan bodoh untuk menerima sebuah saran yang disampaikan baik-baik?

hanya Tuhan, ketua panitia ICT 2004, dan "R" yang tahu jawabannya..
selain masih sakit hati, gw tahu bahwa gw harus segera bisa melapangkan dada dan mengucapkan terima kasih dengan tulus karena mungkin hal itu adalah salah satu tahap penting dalam pendewasaan gw..
(_ _ )v
.

Sakit Hati Masa Lalu Vol. II : Gulf Air

Suatu sore "O" dari "DW T&T", Jl. Lengkong Kecil menelepon gw dan bilang berhasil mendapat harga pesawat tujuan Frankfurt, Jerman murah. Maskapai yang didapatkan adalah Gulf Air. Harganya gw lupa tapi yang jelas itu adalah harga yang jauh lebih murah dibandingkan harga-harga penerbangan yang didapatkan sebelumnya.

Gw bilang ke "O" akan saya teruskan dan jangan dibooking dulu sebelum saya konfirmasi ke ketua panitia ICT 2004 dan alumni PSM-ITB berinisial "S". Gw sangat gembira dengan kabar itu. Gembira karena waktu itu gw ngerasa ekspektasi alumni PSM-ITB ke panitia ICT, yang umumnya mahasiswa, sangat tinggi dan setidaknya dengan keberhasilan mendapatkan info tentang Gulf Air itu, gw bisa nunjukin panitia ICT mampu qo berjuang tanpa bantuan terlalu dalam dari alumni PSM-ITB! Haus pengakuan ceritanya mah.. ^ ^'
"DW T&T" dan Gulf Air ini lobi sampai diskusinya sama sekali gak melibatkan alumni PSM-ITB dan cenderung menjadi Plan B. Plan A-nya adalah data hasil survey alumni PSM-ITB yang lebih berpengalaman dan memiliki jaringan. Apalagi waktu itu ada seorang kenalan alumni "S" bernama "J" yang memiliki konsultan travel dengan titel "AG" berlokasi di Citra Garden II Kalideres.
Waktu itu GR mode lagi : ON, seON-ON-nya.. ^ ^

Dalam eforia kebanggaan, eeh, keesokan paginya saat gw disibukkan dengan tugas studio, tiba2 "O" telepon gw, komplain dengan nada marah-tapi-bernada-profesional dan bertanya ke gw kenapa waktu ngecek ke Gulf Air pagi ini ada nama "J" dari "AG" yang sudah booking seat Gulf Air dengan jumlah seat yang sama persis dan dengan kesepakatan harga yang sama persis seperti yang "O" dapatkan! Booking dilakukan kemaren sorenya, beberapa waktu setelah "O" menyampaikan ke gw kabar Gulf Air tersebut!
Gw langsung bingung dan cuma bisa bilang akan konfirmasi ke ketua panitianya dan segera mengabari kenapa hal ini bisa terjadi. Marah plus bingung, gw mutusin cuma akan telepon ketua panitia ICT 2004 karena gw yakin dia pasti tahu kenapa ini sampai terjadi!

Bawaan melankolis-koleris gw jaman kuliah gila2an, jauh lebih parah dibanding sekarang yang sudah ditebengi aura kedewasaan [halah]. Jadi saat itu kalo marah ya dahsyat pisan lah.
Waktu itu gw marah banget ke ketua panitia ICT 2004. Teriak2 marah di HP mpe pengen nangis saking emosinya. Mana pas di studio pula waktu itu, pusing tugas gambar. Temen2 pada bingung kenapa Bien tiba2 gila dan bertanya2 setelah gw selesai telepon.
Gw nyuruh [bukan minta] ketua panitia mengklarifikasi ke gw dan "O" kenapa ini bisa terjadi! Ybs ga jelas tanggapannya dan cuma bilang akan bicara dengan "S"/alumni PSM-ITB lain yang mungkin tahu hal ini.

Hasil akhirnya? Ga ada penyelesaian dengan "O" dan "DW T&T", sampai detik ini! Ga ada itu klarifikasi apapun sampai detik ini ke gw!

Gw paham "O", saat itu, pasti menyalahkan gw dan menganggap gw 'evil'nya meskipun gw bisa 1000x minta maaf dan bilang bukan gw 'the real evil'nya. Apa bukti bagi dia kalo gw bukan dalang dari semua ini. Gak ada. Adapun alasannya, kemungkinan "O" untuk percaya kecil sekali. Gw ngerasa sampai sekarang pun nama gw di hadapan "O" dan "DW T&T" gak pernah bisa baik lagi. Sedikit teryakinkan mengenai hal ini saat gw coba hubungi beliau untuk menjadi mitra bisnis serupa 2008 kemaren. Email dan sms gak pernah ada tanggapan. Semoga ada faktor lain selain kekesalan-masa-lalu yang membuat kedua pesan itu tidak dibalas. Amin.

Tidak baiknya nama gw di hadapan "O" dan "DW T&T" juga diikuti memburuknya hubungan gw dengan "S", orang yang gw anggap paling bertanggung jawab ke gw atas kejadian itu. Benar-benar sekali ini dalam hidup gw, gw membenci seseorang, malas bertemu, menyapa, apalagi berbicara. Perkembangan paling baik hubungan gw dan "S" terjadi pada persiapan konser PSM-ITB pada 2007 dan itu hanya sebatas sapa menyapa "Hai" di sebuah lorong dan ruang ganti, dimana gw dan "S" secara gak sengaja harus berpapasan.

Sekian kisah pertama.
Mungkin pengalaman ini harus terjadi supaya gw menjadi manusia yang lebih baik lagi. Amin.
(_ _ )v
.

Sakit Hati Masa Lalu Vol. I : Perkenalan

Tahun 2004, aku terlibat dengan suatu kepanitiaan yang sangat menantang, mendidik, dan memberi banyak sekali pengalaman. ITB Cultural Tour 2004 judulnya. ICT 2004 singkatannya. Kegiatannya adalah memberangkatkan 2 unit ITB, PSM-ITB dan UKM-ITB ke Bremen, Jerman untuk berlomba di Choir Olympics 2004, Bremen, Germany. Kegiatan ini diinisasi oleh PSM-ITB, dibantu penyelenggaraannya oleh UKM-ITB, dan mendapat dukungan penuh dari ITB, IA-ITB, Departemen Kebudayaan & Pariwisata, serta beberapa sponsor ternama.

Gw mendapat kepercayaan mengkoordinasi Tim Akomodasi yang akan berhubungan dengan :
- tiket pesawat.
- paspor rombongan.
- visa rombongan.
- penginapan dan transportasi rombongan.
- serta semua hal teknis mengenai sarana dan kesejahteraan Tim ICT 2004.

Untungnya gw dibantu dua teman luar biasa, Sonti anak Farmasi 2001 di bagian konsumsi dan Henry anak Sipil 2000 di bagian perlengkapan. Karena sementara mengurusi acara tersebut, gw juga harus berjuang kuliah di Arsitektur ITB yang penuh tantangan dan butuh lebih dari sekadar kerajinan serta keterlibatan di kepanitiaan FPS ITB 2004. Guni anak Kimia 1999 juga cukup perhatian dan penuh perjuangan sebagai ketua panitia ICT 2004. Belum lagi IA-ITB yang dimasinisi Bu Yuliarti Merati dan alumni PSM yang sangat membantu dengan pengalaman dan jam terbang mereka.

Dari sekian pelajaran berharga dan pengalaman luar biasa yang gw dapatkan sayangnya ada 2 hal menyakitkan yang sampai sekarang masih sangat membekas dan belum sepenuhnya gw pahamin kenapa bisa sampai terjadi dan kenapa ada orang yang tega melakukannya.

2 hal itu bisa gw beri judul-versi-telenovela-murahan :
- Gulf Air : antara eforia, kebanggaan, kecurangan, dan penumbalan.
- Paspor : antara kelalaian, penghukuman, dan diskusi 4 mata

Mari gw mulai dengan kisah pertama di postingan selanjutnya...
(_ _ )
.