Senin, 06 April 2009

Sakit Hati Masa Lalu Vol. II : Gulf Air

Suatu sore "O" dari "DW T&T", Jl. Lengkong Kecil menelepon gw dan bilang berhasil mendapat harga pesawat tujuan Frankfurt, Jerman murah. Maskapai yang didapatkan adalah Gulf Air. Harganya gw lupa tapi yang jelas itu adalah harga yang jauh lebih murah dibandingkan harga-harga penerbangan yang didapatkan sebelumnya.

Gw bilang ke "O" akan saya teruskan dan jangan dibooking dulu sebelum saya konfirmasi ke ketua panitia ICT 2004 dan alumni PSM-ITB berinisial "S". Gw sangat gembira dengan kabar itu. Gembira karena waktu itu gw ngerasa ekspektasi alumni PSM-ITB ke panitia ICT, yang umumnya mahasiswa, sangat tinggi dan setidaknya dengan keberhasilan mendapatkan info tentang Gulf Air itu, gw bisa nunjukin panitia ICT mampu qo berjuang tanpa bantuan terlalu dalam dari alumni PSM-ITB! Haus pengakuan ceritanya mah.. ^ ^'
"DW T&T" dan Gulf Air ini lobi sampai diskusinya sama sekali gak melibatkan alumni PSM-ITB dan cenderung menjadi Plan B. Plan A-nya adalah data hasil survey alumni PSM-ITB yang lebih berpengalaman dan memiliki jaringan. Apalagi waktu itu ada seorang kenalan alumni "S" bernama "J" yang memiliki konsultan travel dengan titel "AG" berlokasi di Citra Garden II Kalideres.
Waktu itu GR mode lagi : ON, seON-ON-nya.. ^ ^

Dalam eforia kebanggaan, eeh, keesokan paginya saat gw disibukkan dengan tugas studio, tiba2 "O" telepon gw, komplain dengan nada marah-tapi-bernada-profesional dan bertanya ke gw kenapa waktu ngecek ke Gulf Air pagi ini ada nama "J" dari "AG" yang sudah booking seat Gulf Air dengan jumlah seat yang sama persis dan dengan kesepakatan harga yang sama persis seperti yang "O" dapatkan! Booking dilakukan kemaren sorenya, beberapa waktu setelah "O" menyampaikan ke gw kabar Gulf Air tersebut!
Gw langsung bingung dan cuma bisa bilang akan konfirmasi ke ketua panitianya dan segera mengabari kenapa hal ini bisa terjadi. Marah plus bingung, gw mutusin cuma akan telepon ketua panitia ICT 2004 karena gw yakin dia pasti tahu kenapa ini sampai terjadi!

Bawaan melankolis-koleris gw jaman kuliah gila2an, jauh lebih parah dibanding sekarang yang sudah ditebengi aura kedewasaan [halah]. Jadi saat itu kalo marah ya dahsyat pisan lah.
Waktu itu gw marah banget ke ketua panitia ICT 2004. Teriak2 marah di HP mpe pengen nangis saking emosinya. Mana pas di studio pula waktu itu, pusing tugas gambar. Temen2 pada bingung kenapa Bien tiba2 gila dan bertanya2 setelah gw selesai telepon.
Gw nyuruh [bukan minta] ketua panitia mengklarifikasi ke gw dan "O" kenapa ini bisa terjadi! Ybs ga jelas tanggapannya dan cuma bilang akan bicara dengan "S"/alumni PSM-ITB lain yang mungkin tahu hal ini.

Hasil akhirnya? Ga ada penyelesaian dengan "O" dan "DW T&T", sampai detik ini! Ga ada itu klarifikasi apapun sampai detik ini ke gw!

Gw paham "O", saat itu, pasti menyalahkan gw dan menganggap gw 'evil'nya meskipun gw bisa 1000x minta maaf dan bilang bukan gw 'the real evil'nya. Apa bukti bagi dia kalo gw bukan dalang dari semua ini. Gak ada. Adapun alasannya, kemungkinan "O" untuk percaya kecil sekali. Gw ngerasa sampai sekarang pun nama gw di hadapan "O" dan "DW T&T" gak pernah bisa baik lagi. Sedikit teryakinkan mengenai hal ini saat gw coba hubungi beliau untuk menjadi mitra bisnis serupa 2008 kemaren. Email dan sms gak pernah ada tanggapan. Semoga ada faktor lain selain kekesalan-masa-lalu yang membuat kedua pesan itu tidak dibalas. Amin.

Tidak baiknya nama gw di hadapan "O" dan "DW T&T" juga diikuti memburuknya hubungan gw dengan "S", orang yang gw anggap paling bertanggung jawab ke gw atas kejadian itu. Benar-benar sekali ini dalam hidup gw, gw membenci seseorang, malas bertemu, menyapa, apalagi berbicara. Perkembangan paling baik hubungan gw dan "S" terjadi pada persiapan konser PSM-ITB pada 2007 dan itu hanya sebatas sapa menyapa "Hai" di sebuah lorong dan ruang ganti, dimana gw dan "S" secara gak sengaja harus berpapasan.

Sekian kisah pertama.
Mungkin pengalaman ini harus terjadi supaya gw menjadi manusia yang lebih baik lagi. Amin.
(_ _ )v
.

Tidak ada komentar: