Senin, 06 April 2009

Sakit Hati Masa Lalu Vol. III : Paspor

Saat itu, gw yang selain panitia ICT 2004 juga penyanyi dan penari di tim ICT 2004 harus mengikuti latihan menari di GKU Timur. Waktu itu gw membawa kantung plastik putih berisi kumpulan paspor rombongan yang udah lengkap dari panggung sekre dan gw taro bersama tas gw di kursi besi deket ATM BNI GKU Timur ITB. Rencananya gw akan membawanya pulang setelah selesai latihan menari itu supaya amanlah paspor-paspor itu. Sekali itu gw ngerasa sekre PSM-ITB tidak aman untuk benda seperti paspor, apalagi paspor rombongan yang sudah lengkap.

Lalu, saat gw selese latihan menari, kumpulan paspor itu sudah gak ada di sebelah tas gw! Gw bingung dan tanya ke semua panitia apakah ada yang ngambil. Gak ada jawaban menggembirakan. Sampai akhirnya malam larut dan gw akhirnya nyerah karena gak ketemu dan memutuskan pulang. Besok besoknya gw gak tenang terus dan masih melacak dimana kira2 barang itu. Masa paspor ada yang nyuri. What 4? Apalagi tidak semua orang tahu kantong plastik itu berisi paspor! Dijual laku gitu?

Sampai suatu hari [gw lupa setelah berapa hari] gw diajak bicara 4 mata dengan ketua panitia ICT 2004. Dia bilang paspornya udah di safety box nya alumni PSM-ITB berinisial "R". Kemarin itu yang ngambil-ga-bilang-bilang kantung plastik berisi kumpulan paspor itu adalah dia, atas ide "R". "R" beranggapan gw lalai dan perlu diberi pelajaran dengan cara seperti itu supaya lebih sadar betapa mulianya paspor itu. Sepertinya dengan hukuman itu, kata "mulia" lebih tepat menggantikan penggunaan kata "berharga". Sang ketua panitia juga beranggapan gw lalai dengan meletakkan paspor itu di kantung plastik, lalu disimpan di atas panggung sekre PSM-ITB, yang berlanjut gw bawa dan taroh di deket tas gw di kursi besi deket ATM BNI GKU Timur ITB.

Gw dengan kepribadian-meledak-ledak waktu itu tentu selain lega menjadi marah ke ketua panita tersebut. DAMN! Teganya membuat gw gak tenang berhari-hari! Gw yang sudah satu tim dengan dia selama beberapa waktu di PSM-ITB dan ICT 2004! Seharusnya sudah cukup tahu seperti apa kepribadian, kekurangan, dan kelebihan kita masing-masing dan paham bagaimana bersikap menghargai dan membantu satu sama lain. Gw bilang saat kemarahan gw agak mereda bahwa saat gw membawa kantung plastik berisi paspor itu ke latihan tari karena gw bermaksud memindahkan kantung plastik berisi paspor itu dari sekre ke kamar kos gw karena gw ngerasa lebih tenang dengan adanya barang itu di deket gw. Sekilas lalu dari raut wajah yang gw pelototi, gw ngerasa ketua panitia ada sedikit menyesal mendengar penjelasan gw, tapi tentu gengsi mengalahkan segalanya bukan? Huhuhu..

Gw gak pernah bisa dengan tulus menerima pelajaran itu, sampai sekarang! Gw yang sekarang hanya lebih sedikit paham kenapa di mata mereka gw dianggap begitu bersalah sekali dan dianggap tidak peduli dengan paspor rombongan karena meletakkan kumpulan paspor di panggung sekre dan di deket tas gw di kursi besi deket ATM BNI GKU Timur ITB.

Tapi sampai sekarang juga, gw memandang hukuman itu qo sepertinya agak berlebihan ya? Pembelaan gw adalah, selain misi gw yang hendak membawa kantung itu ke kos gw, saat itu yang ada di otak gw bukan cuma paspor, wahai kalian manusia yang merasa bijak! Tiket, pesawat rombongan, visa rombongan, latihan nyanyi dan nari, persiapan FPS ITB 2004, dan KULIAH! Otak, ingatan, dan fokus lagi panas2nya. Mungkin ada orang-orang tertentu yang keren sampai punya energi untuk memikirkan suatu hukuman dibanding bicara baik-baik. Tapi gw gak sekeren itu dan pasti ada yang terlewatlah dengan semua beban pikiran itu.
Gw si ngerasa gw masih layak qo diperlakukan dengan lebih baik seperti diingingetin langsung dengan bilang "Bien itu paspor barang penting, amankan dulu gih di tempat yang lebih aman. Masa lu taro di panggung sekre dan kursi besi GKU Timur. Gile lo!"
Better that way, I guess!

Gw merasa bisa menuntut mereka berdua bersikap lebih dewasa. Ataukah mungkin bagi seseorang/dua orang, membuat hidup seseorang tidak tenang selama beberapa hari sebagai hukuman-atas-sesuatu menimbulkan rasa lega dan kesenangan kah? I dunno. Apakah kesalahan gw waktu itu bisa disetarakan dengan hal yang emang perlu dihukum/dihakimi seperti :
- sengaja memasang lambang ITB yang Ganesha itu menjadi terbalik/telanjang di panggung seminar bertaraf internasional, atau
- memasang foto rektor dengan gigi dihitamkan di seluruh Bandung dengan tulisan "Wanted".
Hahaha, lebai..
Intinya gw bertanya sampai sekarang :
- apakah kesalahan gw perlu penghukuman seperti itu? atau..
- waktu itu gw dianggap terlalu bebal dan bodoh untuk menerima sebuah saran yang disampaikan baik-baik?

hanya Tuhan, ketua panitia ICT 2004, dan "R" yang tahu jawabannya..
selain masih sakit hati, gw tahu bahwa gw harus segera bisa melapangkan dada dan mengucapkan terima kasih dengan tulus karena mungkin hal itu adalah salah satu tahap penting dalam pendewasaan gw..
(_ _ )v
.

Tidak ada komentar: